Minggu, 25 Januari 2015

TOP 10 BUNUH DIRI MASSAL DI DUNIA

10. Puputan, Bali

Kehormatan dan kebanggaan adalah pilar bagi kerajaan kerajaan kuno di seluruh dunia, yang membawa mereka ke titik di mana kematian itu lebih baik daripada penaklukan. Pada tahun 1906 sebuah ritual bunuh diri massal di Bali, yang dikenal sebagai Puputan, dilakukan untuk menghindari penaklukan, penangkapan dan perbudakan oleh penjajah Belanda. Raja memerintahkan bahwa semua barang berharga harus dibakar dan setiap orang dari anak bungsu sampai para istri dan imam imam harus berbaris secara seremonial menuju pasukan penjajah yang datang. Ketika berhadapan dengan resimen Belanda, imam kepala menusukkan belati ke jantung Raja yang menandakan dimulainya Puputan. Dari sini seluruh rakyat secara bersamaan mulai membunuh satu sama lain sementara perempuan mengejek melemparkan uang dan perhiasan ke pasukan belanda yang berdiri terbengong bengong. Lebih dari 1000 orang Bali bunuh diri pada bulan September yang hangat sore itu, menyisakan sedikit hal untuk dilakukan bagi Belanda.
Hari berikutnya malapetaka terjadi lagi saat upacara kremasi massal diadakan dengan tujuan mengarahkan jiwa-jiwa orang yang meninggal ke surga. Namun, upacara ini menjadi tragedi kedua saat banyak perempuan yang tersisa yang tidak tewas dalam pertempuran melompat ke dalam api.

9. Order of the Solar Temple, Swiss & Kanada

Ordo Kuil Matahari, berkantor pusat di Swiss dan beroperasi juga di Kanada, adalah masyarakat rahasia yang percaya pada keberadaan lanjutan dari Ksatria Templar. Tujuan mereka adalah untuk membangun pengertian yang benar dari otoritas dan kekuasaan di dunia, untuk mempersiapkan bagi Kedatangan Kedua Yesus, dan untuk mempersatukan agama Kristen dan Islam. Kegiatan mereka termasuk campuran dari Kristen Protestan awal dan filosofi New Age. Selama bertahun-tahun, pembunuhan dan bunuh diri telah dikaitkan dengan sekte atau aliran ini, termasuk pembunuhan di Kanada tahun 1994, seorang anak berusia 3 bulan, secara ritual dikorbankan karena ia diidentifikasi sebagai Anti-Kristus/dajjal. Kemudian pada bulan Oktober tahun yang sama, 48 orang dewasa dan anak-anak ditemukan tewas bunuh diri secara massal, dengan luka tembak di kepala, di sebuah kapel bawah tanah di Swiss dan ditemukan berjajar dengan item simbolisme Templar

8. Harakiri/Seppuku, Jepang

Sebuah tradisi nyata yang melibatkan darah dan nyali datang dalam bentuk ritual bunuh diri Jepang, yang dikenal sebagai Seppuku atau Harakiri. Sebagai bagian dari kode kehormatan Samurai Bushido, bunuh diri dipraktekkan untuk mempertahankan kehormatan atau mengurangi rasa malu. Individu akan mengambil pedang pendek dikenal sebagai tanto dan menghunjamkannya ke dalam perutnya, membuat tusukan yang mengeluarkan isi perut dengan menyakitkan dan mematikan. Terakhir, untuk memastikan kematiannya, asisten Samurai itu akan memenggal kepalanya. Ini adalah kebiasaan umum selama pertempuran. Dengan cara ini seorang prajurit terhindar dari kematian atau penyiksaan oleh musuh. Cara ini juga digunakan untuk menghukum pelanggaran serius. Meskipun hukuman mati dihapuskan pada tahun 1873, namun praktek Seppuku masih banyak dilakukan hingga abad ini – yang paling dikenal adalah pada akhir Perang Dunia II, dimana tentara tentara jepang dikenal dengan nama Kamikaze menggunakan pesawat pesawat yang membawa bom dan menabrakkannya ke kapal kapal perang sekutu. Juga di waktu yang sama terjadi di pulau Saipan, ketika dikabarkan bahwa sekutu yang akan datang menyerang akan menyiksa dan membunuh semua penduduk disana, sebagian besar penduduk melakukan bunuh diri dengan menerjunkan diri mereka dari tebing yang ada disana. Semua itu dilakukan untuk menghindari penaklukan. Kemudian, pada tahun 1970 sebuah kelompok pemberontak melakukan Seppuku di depan publik di markas Pasukan Bela Diri Jepang Pasukan setelah gagal melakukan sebuah upaya kudeta.

7. Sicarii Rebels, Masada, Israel

Pada tahun 60 Masehi, saat tombak dan catapult adalah senjata perang, penaklukan Romawi di Yudea memaksa 960 yahudi fanatik untuk berpindah dan kemudian membuat barikade di benteng Raja Herodes. Benteng, dibangun di atas dataran tinggi berbatu di Gurun Yudea, yang sampai saat ini puing puingnya masih ada. Kelompok ini tinggal di sana selama setengah dekade, membangun pemukiman dan perlahan-lahan berkembang, sampai pengepungan Romawi tahun 72 M, ketika Kaisar Flavius ​​Lucius Silvius menugaskan untuk membombardir dinding benteng dan menangkap para pemberontak. Dia tidak tahu bahwa pada akhir pembombardiran, hanya bangunan dan mayat busuk dari mereka yang memilih mati daripada menyerah yang ditemukan para prajuritnya. Hanya dua perempuan dan lima anak-anak selamat untuk menceritakan kisah tentang bagaimana mereka mati – diringkas dalam kata-kata pemimpin fanatik, Eleazar ben Yair, dalam pidato terakhirnya: “Biarkan istri istri kita, kita bunuh sebelum mereka disalahgunakan, dan anak-anak kita, kita bunuh sebelum mereka merasakan perbudakan, dan setelah kita membunuh mereka, mari kita saling melakukan hal yang mulia satu sama lain saling … ”

6. Jauhar, Rajput, India

Sebuah cerita yang mirip terurai di kedalaman India. Jauhar adalah praktek bunuh diri massal perempuan yang terjadi di kerajaan Rajput yang diserang dinasti Mughal, sehingga wanita wanita Rajput terhindar dari penangkapan yang mencemarkan di tangan musuh. Pada abad ke-14, Rani Padmini, ratu Chittor, memimpin semua wanita kerajaan dan anak-anak mereka untuk melompat ke api unggun dalam rangka untuk melindungi diri dari nafsu tentara Sultan Delhi. Sementara para wanita dan anak-anak melakukan bakar diri, para laki-laki dewasa (ayah, suami dan anak) menghadapi para penyerang, sampai mati. Sebuah praktek yang dimaksudkan untuk melindungi kehormatan kedua jenis kelamin. Jauhar kedua dan ketiga terjadi di Chittor selama abad ke-16 (1535 dan 1568), yang menjadi pemusnahan seluruh garis keturunan Rajput.

5. Pembakaran Diri, Vietnam

Ritual bunuh diri tidak selalu terhubung dengan penawaran supranatural atau logika anggota Bala Keselamatan seperti yang sering terjadi pada zaman sekarang. Dalam kasus biksu Buddha yang melakukan ritual bunuh diri tahun enam puluhan, adalah suatu tanda protes terhadap Perang Vietnam. Thich Quang Duc membakar dirinya tanpa takut mati di jalan Saigon yang sibuk pada tahun 1963 untuk memprotes penganiayaan umat Buddha oleh pemerintah Vietnam Selatan. Meskipun dihormati sebagai seorang Bodhisattva (makhluk yang telah mencapai Nirvana) oleh masyarakat di dunia Buddhis, pemerintah menolak aksi itu dengan melanjutkan penghukuman terhadap para biarawan biarawan lainnya, yang membuat banyak dari mereka mengikuti contoh Thich Quang Duc dengan melakukan bakar diri di tempat umum. Meskipun menyakiti diri dilarang dalam agama Buddha, bakar diri dianggap sebagai tindakan tanpa pamrih oleh para biarawan – suatu tindakan yang menyebarkan cahaya Dharma dan membuka mata orang-orang di sekitar mereka.

4. Heaven’s Gate, San Diego, California

Entri berikut ini adalah kisah mengerikan yang nyata dari sebuah keinginan untuk bertemu UFO. Bagi sekte Gerbang Surga 1970, kepercayaan mereka adalah kombinasi dari ide-ide Kristen tentang kiamat dan unsur-unsur fiksi ilmiah, yaitu bahwa planet Bumi akan dibersihkan oleh kekuatan-kekuatan supernatural, dan satu-satunya jalan menuju keselamatan adalah melarikan diri ke “Next Level”. Menurut pendirinya Marshall Applewhite, melarikan diri ini dapat dicapai melalui eksistensi bertapa, yang berarti lepas dari keluarga, teman, pekerjaan, harta benda dan jebakan jebakan keberadaan dunia modern lainnya. Pada tahun 1997, Applewhite mengumumkan rute jalur tercepat ke Tingkat Berikutnya: naik ke sebuah pesawat ruang angkasa yang membuntuti komet Hale-Bopp. Pada tanggal 26 Maret, ketika komet itu melintas dekat bumi, Applewhite dan 38 pengikutnya melakukan bunuh diri dalam rangka untuk meninggalkan bentuk terestrial mereka dan mendapatkan akses ke UFO.

3. The Branch Davidian Seventh-Day Adventists, Waco, Texas

The “Branch” adalah sebuah sekte Protestan lahir pada tahun 1959 selama skisma dengan Gereja Advent Hari Ketujuh, ketika Florence Houteff mengumumkan Kedatangan Yesus kedua di puncak sebuah bukit di Texas. Setelah kegagalan nubuat ini, sejumlah “nabi” mengambil mengambil alih kepemimpinan, yang paling menonjol adalah Vernon Howell (kemudian berganti nama menjadi David Koresh), yang mendoktrinasi kelompoknya untuk percaya bahwa dirinyalah yang memiliki tanggung jawab dan otorisasi untuk kenabian dan mendirikan “House of David “. Pada tahun 1994, setelah tuduhan kepemilikan senjata api ilegal dan pelecehan anak, ATF memperoleh surat perintah untuk menggeledah tempat sekte ini; tetapi strategi ofensif mereka bertemu dengan barikade dan tembakan. Setelah beberapa hari pertempuran, FBI takut terjadinya bunuh diri massal dan mencoba menyudutkan para pengikut sekte ini dengan gas air mata. Namun senyawa ini dibakar dari dalam, dan membunuh 80 orang. Apakah ini bunuh diri massal atau FBI menutup-nutupi sesuatu? sampai sekarang masih dalam perdebatan.

2. Movement for the Restoration of Ten Commandments (MRTC), Uganda

Para MRTC itu merupakan cabang Katolik apokaliptik didirikan pada tahun 1980 setelah mengaku menerima visi Perawan Maria, pemimpin MRTC memerintahkan ketaatan yang ketat kepada Sepuluh Perintah Allah. Para anggota sekte berbicara sangat sedikit dan kadang-kadang menggunakan bahasa isyarat sesama mereka.Mereka dilarang untuk berzinah, dan mereka menerapkan dwi-mingguan puasa. Dan ketika ramalan pemimpin mereka tentang kiamat semakin mendekat, pengakuan dosa harian sangat didorong, sell-off of possessions ditegakkan, dan bekerja di ladang berhenti. Namun, ketika ‘Judgment Day’ gagal terjadi, para pengikut mulai mempertanyakan keaslian pemimpin mereka, dan sehingga hari kiamat kedua diumumkan 17 Maret, dimana semua pengikut 1.000, orang dewasa dan anak-anak diundang untuk merayakan keselamatan mereka. Sedikit dari mereka yang tahu, bahwa ini akan berujung pada pengorbanan diri dan keracunan.

1. People’s Temple Jonestown Massacre, Guyana

Peoples Temple, yang aslinya dibentuk sebagai Sayap Kebebasan pada 1954, adalah sebuah organisasi keagamaan yang didirikan pada 1955 oleh Pendeta James Warren Jones (Jim Jones). Pada 1960 organisasi ini berafiliasi dengan denominasi Protestan, Murid-murid Kristus. Afiliasi ini merupakan upaya yang berhasil untuk meningkatkan keanggotaan kelompok ini yang makin berkurang dan memulihkan reputasinya. Peoples Temple dikenal karena bunuh diri massal yang terjadi di Jonestown, Guyana, pada 18 November 1978.
Jones mendirikan Peoples Temple di Indianapolis, Indiana pada 1950-an. Mulai tahun 1965, Jones dan jemaatnya pindah ke Redwood Valley, California. Gereja Redwood Valley resminya dibuka pada 1969. Setelah Jones mulai serangkaian rekrutmen di San Francisco dan Los Angeles keanggotaan di Peoples Temple meningkat dari sekitar 700 pada 1970 hingga 2.200 pada 1972. Jumlah tertinggi dari anggota Peoples Temple yang sesungguhnya adalah sekitar 3.000 orang, meskipun kelompok ini seringkali membesar-besarkan angkanya.
Jones dan gerejanya memperoleh reputasi karena membantu warga kota yang paling miskin, khususnya kaum minoritas rasial, para pecandu obat biuas dan kaum tuna wisma. Dapur-dapur makanan, pusat-pusat asuhan, dan klinik-klinik medis untuk orang-orang lanjut usia didirikan, bersama-sama dengan program-program konseling untuk para pelacur dan pecandu obat bius yang ingin mengubah hidupnya. Peoples Temple membangun hubungan yang kuat dengan sistem kesejahteraan negara bagian California. Pada 1970-an, Peoples Temple memiliki dan mengelola sekurang-kurangnya 9 panti jompo, enam rumah untuk anak-anak asuh, dan sebuah tanah peternakan seluas 40 acre untuk orang-orang yang cacat mental. Mereka mempunyai program bantuan bea siswa dan asrama di Santa Rosa Junior College. Para pemimpin Peoples Temple menangani klaim-klaim asuransi para anggotanya serta masalah-masalah hukum mereka, dan berperan sebagai kelompok advokasi bagi para klien mereka. Karena alasan-alasan ini, sosiolog John Hall menggambarkan Peoples Temple sebagai sebuah “birokrasi karismatis”, yang berorientasi kepada Jones sebagai pemimpin karismatis, namun berfungsi sebagai sebuah organisasi biroraksi pelayanan sosial.
Meskipun sebagian gambaran tentang Peoples Temple menekankan kontrol otokratis Jones atas para pengikutnya, pada kenyataannya, organisasi ini mempunyai struktur kepemimpinan yang kompleks, dengan kekuasaan pengambilan keputusan yang menyebar secara tidak merata di antara anggota-anggotanya. Di pusatnya, Peoples Temple dipimpin oleh Jones dan orang-orang dekatnya, tetapi anggota-anggota dari Komisi Perencanaan juga mempunyai banyak kekuasaan. Komisi Perencanaan (termasuk sekitar 100 orang anggota) bertanggung jawab untuk operasi Peoples Temple sehari-hari.
Kontroversi
Beberapa laporan yang mengganggu mulai muncul ketika segelintir anggota mulai meninggalkan kelompok ini. Dilaporkan bahwa Jones mencuri dari anggota-anggotanya, memalsukan penyembuhan-penyembuhan ilahi, menghukum anggota-anggotanya dengan keras, mempraktikkan sodomi, dan menganggap dirinya sebagai Mesias yang baru.
Saat itu, para wartawan, penegak hukum, dan politikus memperlihatkan minatnya pada Peoples Temple. Jones bereaksi dengan banyak pidato yang penuh kemarahan kepada para pengikutnya, yang isinya klaim-klaim bahwa para pembelotnya itu berdusta, dan bahwa dunia luar sedang berusaha menghancurkan mereka. Pada saat yang sama, sejumlah anggotanya yang kian bertambah melaporkan pelecehan di lingkungan Peoples Temple. Para sanak keluarga anggotanya juga menekankan bahwa anggota-anggota kelompok itu dipaksa untuk tidak keluar, meskipun mereka sendiri sesungguhnya tidak mau.
Pindah ke Guyana
Jones bereaksi kepada penyelidikan yang kian meningkat dengan memindahkan para pengikutnya yang terdiri dari lebih dari 900 orang ke Guyana. Para pengikutnya ini dijanjikan sebuah surga tropis, yang bebas dari apa yang digambarkan sebagai dunia luar yang kejam, namun ketika mereka tiba, mereka dipaksa bekerja atas perintah-perintah Jones, dan bersama-sama mereka membangun Jonestown.
Kunjungan oleh anggota Kongres Ryan
Pada November 1978, kelompok ini dikunjungi di Jonestown oleh Leo Ryan, seorang anggota Kongres AS dari San Francisco, California, yang melakukan penyelidikan tentang klaim-klaim pelecehan di dalam kelompok ini. Pada kunjungan ini, sejumlah anggota Peoples Temple mengungkapkan keinginan mereka untuk ikut bersamanya meninggalkan Guyana. Karena itu seluruh kelompok ini kemudian ikut bersamanya ke lapangan terbang setempat. Di sana para anggota keamanan Kenisah menembaki kelompok ini, membunuh anggota Kongres Ryan, tiga orang wartawan dan seorang anggota Peoples Temple yang ingin pergi. Penembakan-penembakan ini direkam dalam film oleh salah seorang wartawan yang tewas dalam serangan itu.
Pembantaian Jonestown
Keesokan harinya, Jones memerintahkan jemaatnya untuk meminum Kool Aid dan Flavor Aid yang diberi sianida. Bunuh diri massal ini dikenal sebagai pembantaian Jonestown. Mereka yang menolak untuk melakukan bunuh diri ditembak, atau disuntik dengan sianida. Jones ditemukan dengan sebuah luka tembak di kepalanya. Berdasarkan investigasi, tubuhnya mengandung obat-obat bius dalam dosis yang tinggi. Total 913 orang yang tewas, termasuk 276 anak-anak.
Dibawah ini adalah Lagu yang dibuat Group Band MANOWAR tentang tragedi di Jonestown, yang berjudul GUYANA. Lagu ini menceritakan kisah Guyana dengan baik di liriknya. diiringi dengan permainan Bass yang luar biasa oleh Joey De Maio sang basis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar