Minggu, 14 September 2014

PERANG DUNIA II


Perang Dunia Kedua dimulai dengan serangan tentara Nazi Jerman yang dipimpin Adolf Hitler, terhadap Polandia pada tanggal 1 September 1939. menurut sebagian data statistik, puluhan negara terlibat pertempuran dalam perang ini, dan sekitar 55 juta orang tewas, yang setengah dari mereka adalah rakyat sipil. Setengah dari Eropa hancur lebur akibat perang. Dalam perang yang berlangsung selama lima tahun ini, terjadi berbagai pembunuhan massal. Sumber daya manusia serta sumber daya material yang seharusnya dimanfaatkan demi kesejahteraan umat manusia, malah digunakan untuk saling menghancurkan sesama manusia.
Salah satu poin penting dalam PD II adalah bahwa perang ini terjadi tepat di jantung peradaban Eropa. PD II dimulai di Eropa, sebagaimana 20 tahun sebelumnya, Perang Dunia I juga berakhir di Eropa. PD I menewaskan 5 juta orang dan 30 juta lainnya cacat. Dengan demikian, dalam jangka waktu 20 tahun telah meletus dua perang dahsyat di Eropa.Dengan kata lain, fakta ini menunjukkan bahwa jiwa oportunis dan konfrontatif yang bersemayam dalam jiwa pemerintahan negara-negara Eropa tidak ada tandingannya dalam sejarah manusia.
Poin menarik lain dalam PD II adalah motivasi yang memicu perang tersebut. Adolf Hitler adalah seorang diktator yang haus kekuasaan, yang mengimpikan kekuasaan atas seluruh kawasan Eropa dan dunia. Demi mencapai impiannya itu, Hitler tidak ragu-ragu untuk melancarkan perang dan melakukan berbagai bentuk kejahatan kemanusiaan. Hitler adalah manisfestasi nyata dari seorang manusia yang melampaui batas dan pelaku kejahatan. Manusia seperti inilah yang disebut dalam Al Quran surat Al Alaq ayat 6-7, yang artinya sbb. “Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup“.
Salah satu bentuk kejahatan Hitler yang paling banyak disebarluaskan oleh media massa dunia adalah pembunuhan masal terhadap etnis Yahudi, yang diistilahkan dengan Holocaust. Kaum Zionis mengklaim bahwa selama PD II, sebanyak enam juta etnis Yahudi dibunuh oleh tentara Nazi Jerman. Dengan dalih ini pula, kaum Zionis menuntut pemerintah Jerman untuk memberi ganti rugi perang jutaan dolar. Pada tanggal 10 Mei lalu, sebuah monumen memorial korban Holocaust telah diresmikan dengan dihadiri oleh pejabat tinggi Jerman dan rezim Zionis. Monumen memorial yang dibangun di samping gedung Parlemen Jerman ini memiliki luas 20.000 meter persegi dan menghabiskan dana 28 juta Euro.

Holocaust pada kenyataannya adalah sebuah fenomena yang disalahgunakan oleh kaum Zionis untuk mencari keuntungan sepihak. Meskipun kejahatan Hitler sepanjang PDII tidak bisa disangkal lagi, namun penelitian mendalam tentang fakta Holocaust menunjukkan bahwa kaum Zionis telah memanipulasi fakta ini. Sesungguhnya, warga Eropa yang tewas akibat PD II jauh lebih besar daripada jumlah etnis Yahudi. Selain itu, jumlah penduduk etnis Yahudi di Eropa secara keseluruhan pada zaman ini jauh dibawah angka enam juta. Karena itu, tidak mungkin bila ada enam juta etnis Yahudi yang dibunuh oleh tentara Nazi Jerman dalam PD II.
Pasca Perang Dunia II, kaum Zionis memanfaatkan Holocaust sebagai alat untuk menarik simpati dunia terhadap kaum Yahudi. Dengan membesar-besarkan kejadian tersebut, kaum Zionis berusaha menggalang dukungan dunia agar dibentuk sebuah negara khusus untuk bangsa Yahudi. Akhirnya, tiga tahun usai PD II, yaitu tahun 1948, Zionis berhasil mendirikan sebuah negara illegal di atas tanah yang dirampas dari bangsa Palestina. Hal ini menunjukkan betapa besar arti kisah Holocaust bagi kaum Zionis. Tak heran bila segelintir ilmuwan yang berani mengungkapkan kebohongan Zionis mengenai Holocaust mendapatkan tekanan keras dari Zionis. Sebagai contoh, Roger Garaudy seorang ilmuwan Perancis yang dengan berani mengungkapkan kebenaran di balik kejadian Holocaust, akhirnya dijatuhi hukuman oleh pengadilan Perancis. Padahal, penelitian yang dilakukan Garaudy benar-benar ilmiah dan dapat diuji kebenarannya.
Dalam PD II, banyak negara yang berperan dalam penaklukan Hitler, dan negara-negara tersebut menanggung kerugian yang besar akibat perang. Sebagai contoh, Uni Soviet selama PD II kehilangan 27 juta warganya, yang setengah dari mereka adalah warga sipil. Sementara itu, AS ikut terjun dalam PD II pada tahun 1941 dan memainkan perang yang cukup signifikan dalam penaklukan Hitler. Namun, karena wilayah AS sendiri tidak tersentuh perang, jumlah korban di pihak AS murni dari kalangan militer, yaitu sebanyak 300.000 orang. Oleh karena itu, propaganda para pejabat AS, termasuk Presiden Bush, dan media massa negara itu, yang berusaha menampilkan pada dunia bahwa AS-lah yang paling berjasa dalam PD II, jelas telah mengabaikan pengorbanan berbagai bangsa Eropa.
Selain itu, meskipun jelas terbukti bahwa Hitler telah melakukan berbagai kejahatan perang, tidak bisa dilupakan bahwa selama perang, tentara Sekutu pun sangat banyak melakukan kejahatan anti kemanusiaan. Rakyat sipil di negara-negara yang tergabung dalam Blok Axis, juga sangat banyak yang tewas di tangan tentara Sekutu. Kejahatan terbesar tentara Sekutu adalah pengeboman terhadap kota Hiroshima dan Nagasaki, yang dalam beberapa detik saja, telah merenggut ratusan ribu warga sipil di kedua kota itu. Bahkan, radiasi nuklir bom tersebut hingga kini masih terus dirasakan dampaknya oleh sebagian warga Jepang.
Dengan kekalahan tentara NAZI Jerman, pasukan Sekutu meraih rampasan perang yang sangat besar. Bahkan, pihak Sekutu memaksa negara-negara Axis untuk mengganti rugi segala kerusakan yang terjadi akibat perang. Negara-negara Sekutu, terutama AS, juga telah memanfaatkan situasi ini untuk menjadikan negara-negara Axis berada di bawah hegemoni dan infiltrasi mereka.
Setelah bubarnya Uni Soviet, AS kini merasa sebagai negara terkuat di dunia dan paling berjasa dalam PD II. Dengan kata lain, dunia kita kembali menyaksikan bahwa di peradaban Barat telah muncul sebuat kekuatan besar yang berambisi untuk menguasai dunia. Bedanya, dalam usaha merealisasikan ambisinya ini, AS menggunakan kedok perlindungan atas HAM, kebebasan, demokrasi, dan perang melawan terorisme.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar